Tes Intelegensi Umum (TIU) merupakan tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta tes CPNS dan Kedinasan yang berkaitan dengan berbagai bentuk soal penalaran, logika, dan analisis.
Kemampuan ini akan berguna untuk menghadapi dunia pelayanan publik di berbagai instansi pemerintahan, seperti kementerian, lembaga nasional, maupun pemerintah daerah tingkat I dan II , dalam hal memecahkan masalah dan mengambil suatu keputusan atau kebijakan yang merupakan hasil dari pertimbangan akal dan penalaran.
Melalui TIU, diharapkan keputusan atau kebijakan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan atau penalaran yang logis atau masuk akal.
Berdasarkan PERMENPAN No. 27 Tahun 2021 , bentuk soal TIU pada Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) CPNS dan Kedinasan terbagi dalam 3 sub tes yaitu Kemampuan Verbal, Kemampuan Numerik, dan Kemampuan Figural.
II. A. Kemampuan Verbal
Penalaran verbal merupakan bagian dari materi Tes Intelegensi Umum (TIU) dalam tes seleksi CPNS dan Kedinasan yang digunakan untuk memngukur kemampuan seseorang terhadap kata sehingga dituntut untuk menguasai pembendaharaan kosa kata sebaik mungkin.
Pada materi kemampuan verbal ini terdiri atas beberapa bentuk soal yaitu analogi/kesesejaran kata, silogisme (penarikan kesimpulan) dan penalaran analitis.
Analogi
Tes Analogi merupakan bagian dari kemampuan verbal yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta ujian dalam menentukan hubungan/padanan kata yang sesuai dengan pola-pola tertentu.
Melalui tes ini, sesorang diuji dalam hal mengartikan kata, fungsi kata, hubungan antar kata, dan pemakaian serta padanan fungsi dengan kata yang lain dapat diketahui.
Berikut ini beberapa hubungan pasangan kata yang biasa dinyatakan dengan bentuk “………:......... = ........:......" dan digunakan dalam setiap soal.
- Hubungan kesamaan kata/sinonim
- Hubungan lawan kata/Antonim
- Hubungan jenis dari
- Hubungan sebab akibat
- Hubungan kata benda dan sifatnya
- Hubungan orang dan profesinya
- Hubungan defenisi
- Hubungan urutan peristiwa
- Hubungan pancaindra dan penyakitnya
- Hubungan runtun peristiwa
Soal analogi memiliki beberapa jenis tipe soal yang biasanya dimunculkan dalam setiap ujian, diantaranya.
1. Tipe 1 : Melengkapi
Pasangan Kata Pada tipe 1 ini , peserta akan diberikan dua buah kata yang terkait satu sama lain dalam hubungan tertentu.
Selanjutnya peserta akan diberikan kata ketiga lalu diminta untuk menentukan kata keempat dalam pilihan jawaban sehingga kata ketiga dan keempat memiliki hubungan yang sama dengan dua kata di awal. [Kata Pertama] : [ Kata Kedua] = [ Kata Ketiga] : ...
2. Tipe 2: Memilih Pasangan Kata
Pada tipe 2 ini, peserta akan diberikan sepasang kata yang terkait satu sama lain dalam hubungan tertentu . Selanjutnya peserta diminta memilih pasangan kata dalam pilihan jawaban yang memiliki yang memiliki hubungan yang sama drngan pasangan kata di awal. [Kata Pertama] : [ Kata Kedua] = ....... : .......
3. Tipe 3 : Analogi Ganda
Pada tipe 3 ini, peserta akan diberikan dua buah kata dalam dua pasangan yang berbeda. Masing-masing pasangannya rumpang. Peserta juga akan diminta melengkapi kedua pasang kata pada analogi tersebut. [Kata Pertama] : ... = [ Kata Kedua] : ...
Silogisme
Penarikan kesimpulan atau sering disebut sebagai silogisme merupakan materi tes yang diujikan untuk mengetahui kemampuan dalam berbahasa Indonesia, namun disusun untuk menguji kemampuan dalam mendapatkan fakta-fakta pada suatu pernyataan (premis).
Disamping itu juga, tes silogisme dipakai untuk menguji kemampuan peserta dalam memanipulasi informasi tanpa mengubah maknanya. Pertanyaan-pertanyaan dalam tes ini mengharapkan peserta untuk mengambil kesipulan secara logis dari data yang tidak cukup tersedia.
Terdapat tiga (3) buah cara dalam pengambilan keputusan dari beberapa pernyataan/premis yang diberikan, yaitu:
1. Penalaran Langsung
Jika P adalah bagian dari himpunan Q, dan x anggota P, maka dapat disimpulkan bahwa x juga anggota dari Q.
Notasi:
Premis 1 : Semua anggota P adalah anggota Q
Premis 2 Kesimpulan : x adalah anggota P : x adalah anggota Q Notasi di atas dapat dituliskan dalam bentuk lain seperti berikut Premis 1 Premis 2 Kesimpulan Contoh: Premis 1 Premis 2 Kesimpulan : Jika P terjadi maka Q terjadi : P terjadi : Q terjadi : Semua yang rajin belajar berpeluang lulus CPNS 2023 : Azwar rajin belajar : Azwar berpeluang lulus CPNS 2023 Ingat bahwa penarikan kesimpulan di atas tidak berlaku sebaliknya bahwa jika premis 2 menyatakan Q terjadi maka tidak dapat ditarik kesimpulan.